RADITYA DIKA17 :D


.

This Time, I Fail Better

Comment by Email
May 13, 2010 , 11:11 pm

Salah satu rahasia besar gue adalah: gue selalu menganggap karya-karya gue sebagai suatu kegagalan. Misalnya sewaktu Kambingjantan terbit, gue baca lagi di toko buku, lalu gue mikir, “gila ini buku jelek banget“. Begitu pula sewaktu buku kedua, Cinta Brontosaurus, terbit: di rumah gue baca copy contoh dari percetakan dan gue baca lagi, lagi-lagi gue berpikir.. gila, ini buku jelek banget. Gue bikin buku ketiga, keempat ,dan semuanya sama, pas dibaca ulang gue menganggap karya itu gagal. Kecuali film dan komik, karena itu kerja bareng, gue menganggap… bagian gue yang gagal.
Tapi, sifat untuk selalu berpikir bahwa karya gue gagal,
membuat gue jadi semangat untuk membuat karya yang lebih bagus.
I see my works as a series of failure,
and each time, I fail better.
Ini nyambung sama perasaan gue tentang buku terbaru gue,
Marmut Merah Jambu,
akan ada di toko buku tanggal 1 Juni 2010 nanti.
Nah, bedanya sama Marmut Merah Jambu, entah kenapa, tidak seperti dengan buku lain yang gue anggep gagal, gue sedikit puas sama buku ini. Ngebaca satu print contoh buku tersebut di percetakan gue kok jadi gundah sendiri. Kadang gue ketawa, kadang juga gue sedih… aneh, padahal ini cerita gue sendiri. Makanya, gue sedikit puas. Catat, sedikit lho.
Gue gak tau apa yang ngebuat gue bisa ngerasa begini. Apa mungkin buku ini agak beda sama buku sebelumnya? Memang Marmut Merah Jambu enggak se-”berantakan” Kambingjantan, atau se-”kasar” Babi Ngesot, tetapi Marmut Merah Jambu punya komedi yang lebih halus dari buku sebelumnya, dan issue yang dibahas di buku tersebut lebih “dalam”.
Di buku yang baru ini gue mau coba masukin “hati” lebih banyak dalam tulisan komedi gue.
Gue mau do it the Pixar way, with heart and comedy.
Hampir sama kayak Cinta Brontoaurus, Marmut Merah Jambu lebih banyak ngebahas cinta, tapi bedanya di Marmut Merah Jambu gue coba bahas hal-hal yang lebih nyelekit dan pahit lagi. Gue pengen tahu rasanya menggabungkan antara sakit hati dengan komedi seperti apa. Jadi, kebanyakan yang kalian akan baca di Marmut Merah Jambu adalah pengalaman gue jatuh cinta, patah hati, dan penuh pengharapan. Cerita cintanya juga ada yang dari SMP, sampai yang sekarang ini. Akan ada cerita gue ditolak (sering, btw), naksir, diputusin, dan pengharapan gue sama hubungan yang baru. Semuanya, sekali lagi, ditulis dengan gaya komedi. Ada juga kok tulisan komedi yang bersifat bukan cinta-cintaan, jadi jangan takut kalo yang gak suka baca cerita cinta. :P
Anyway, di Marmut Merah Jambu, gue membuka pahit-manis cinta, untuk kita tertawakan bersama-sama. Mudah-mudahan, gue bisa ngasih itu buat kalian, para pembaca setia. Dan buku ini bisa menjadi my best failure so far. ;)

Your Reply